Jumat, 06 Juli 2012

Aku Iri Padanya…

حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة وعمرو الناقد وزهير بن حرب. كلهم عن ابن عيينة. قال زهير: حدثنا سفيان بن عيينة. حَدَثَنَا الزُّهْرِي عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم. قَالَ “لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ. فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ. وَآناَءَ النَّهَارِ. وَرَجُلٌ آتاَهُ اللهُ مَالاً. فَهُوَ يُنْفِقُهُ آناَءَ اللَّيْلِ وَآناَءَ النَّهَارِ”.

Hadits riwayat Salim Radhiyallahu’anhu:

Dari Nabi Shallallahu alaihi wassalam, beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam dan di waktu siang
(Shahih Muslim No.815-266)

Dan karena itu aku iri padanya…
Orang itu bernama Ibu Juha , seorang nenek berusia 64 tahun memiliki seorang suami, enam anak dan 10 cucu. Seorang ibu sederhana yang biasa saja. Lalu apa yang membuatku iri padanya?
Biasanya aku hanya membaca dari buku bahwa ada orang-orang yang telah berusia lanjut tapi masih semangat menghapal Al Qur’an. Kini, aku bertemu langsung dengan orang yang seperti itu, ya itulah Ibu Juha. Di usianya yang tidak lagi muda, Ibu Juha sangat semangat menghapal Al Qur’an. Bagaimana aku tidak iri pada beliau.
Ketika kutanyakan mengapa Bu Juha begitu semangat, apa yang mendorongnya berbuat demikian, Ibu Juha menjawab, “Neng, semua orang diberi Allah kesempatan yang sama untuk mendapat harta, tahta, fisik, dll tapi tidak dengan hidayah dari-Nya. Maka Ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lagipula Allah kan tidak menilai hasilnya tapi prosesnya. Semoga dengan begini Allah Ridho sama Ibu, memberikan ampunan dan keberkahan dalam hidup Ibu.”
Ah…Aku iri padanya. Aku malu ya Allah…
Semoga Allah Merahmati, Meridhoi, Memberkahi Ibu Juha 

Minggu, 06 Mei 2012

Memandang Sumpah Dengan Sebelah Mata

Memandang dengan sebelah mata memiliki dua kemungkinan makna, bisa dalam arti sebenarnya yaitu hanya melihat dengan dengan satu mata, atau makna satunya yakni menyepelekan sesuatu. Tapi dua arti tersebut terjadi sekaligus dalam salah satu episode hidup saya. 1 November 2011 menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidup saya, sumpah dokter. Bukan karena menjadi dokternya, tapi lebih karena saya sadar benar apa yang akan diucapkan hari itu menjadi konsekuensi profesi yang harus saya jalani di umur yang tersisa dan harus dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Kalau tau isinya sejak sebelum masuk FK, rasanya saya akan memilih jurusan lain saja yang gak ada sumpah-sumpahan. Nah…kalo acara begituan, kayaknya jarang deh perempuan bermata empat seperti saya menggunakan alat bantu, teu pantes kalo kata orang sunda mah. Maka saya memutuskan untuk membeli contact lens sebagai ganti kaca mata agar tidak tampak. Tentu saja saya sudah mempersiapkan sebelumnya.
Seminggu sebelum sumpah dokter, kami mengikuti wisuda (yang kedua kalinya setelah S1, banyak bener prosesi ya?). Tentu saja contact lens yang baru saya beli tersebut telah digunakan saat wisuda. Karena saya gak terlalu suka pakai contact lens, maka benda tersebut hanya saya gunakan pada hari H dan sehari sebelumnya sebagai upaya adaptasi (ceile…adaptasi). Tapi untuk sumpah, saya tidak melakukan upaya adaptasi itu, karena jeda antara wisuda ke sumpah kami sekeluarga berangkat ke Surabaya untuk mengunjungi saudara, sehingga sesampainya di Semarang, kelelahan membuat kemalasan saya menggunakan contact lens semakin menjadi. 

Minggu, 28 Agustus 2011

Khitan Bagi Wanita



Syekh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya, “Wahai Syekh yang mulia, berkaitan dengan khitan bagi wanita, apakah hukumnya wajib ataukah sunah?”

Gusi Berdarah saat Puasa


Darah yang keluar dari gigi (gusi) seseorang tidak membatalkan puasa, tetapi dia harus berhati-hati sedapat mungkin agar tidak menelannya. Begitu juga jika keluar darah dari hidungnya (mimisan) asal tidak berusaha menelannya, hukumnya tidak membatalkan puasa dan tidak wajib meng-qadha’. ( Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul Islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007)

Minggu, 07 Agustus 2011

untuk dokter dan mahasiswa kedokteran.. #part 2

Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran..
Bagaimana Engkau berkhidmat untuk Islam..??! (lanjutan)
Oleh: Nada binti 'Abdul 'Aziz Muhammad al-Yusufy


Pasien-Pasienmu... Bagaimana Engkau Mendakwahi Mereka..?

Harapkanlah pahala dari Alloh Semata ketika engkau mengobati mereka, karena Alloh Ta'ala berfirman,
وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا (المائدة: 32)
"Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya" (Al-Maaidah: 32)

Dan sabda Nabi Shallallohu 'Alaihi wa Sallam,
مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ كَرْبَةً مِنْ كُرُبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كَرْبَةً مِنْ كُرُبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Barangsiapa melapangkan dari seorang mukmin kesempitan dari kesempitan-kesempitan dunia, maka Alloh akan melapangkan darinya kesempitan dari kesempitan-kesempitan pada hari kiamat"

Dan jika engkau menjadi terkenal karena berhasil mengobati mereka, maka itu semata fadl (keutamaan) dari Alloh. Jangan engkau tertipu dengan keterkenalanmu itu.

Bersabarlah atas mereka saat mengobati mereka. Di saat yang sama, jika mereka adalah orang-orang yang lebih tua umurnya, muliakanlah mereka. Dan jika anak-anak, sayangilah mereka. Sayangilah orang-orang yang bersedih hati karena tertimpa bencana, karena Nabi Shallallohu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
فِيْ كُلَّ ذَاتِ كَبِدِ رُطْبَةٍ أَجْرٌ
"Dalam setiap menghilangkan kesempitan makhluk hidup terdapat pahala"

Do'akan mereka... Juga, mintalah do'a mereka. Di antara orang-orang yang sakit tersebut, ada orang yang tidak punya apa-apa selain do'a. Dan sungguh ada di antara mereka orang yang apabila dia bersumpah atas nama Alloh, benar-benar Alloh akan menerima sumpahnya.

Nasehatilah mereka... nasehatilah mereka untuk membersihkan akidah dari jimat, tamiimah, ahjibah (sejenis jimat juga) dan selainnya. Orang sakit yang berada dalam kondisi lemah akan menerima apapun yang ditunjukkan dokter kepadanya. Kemudian anjurkan dia untuk shalat, memakai jilbab dan sebagainya. Dan harus tertib (urut) ketika mendawahi mereka (mulai dari hal yang paling penting, kemudian yang lebih penting, kemudian yang penting dan seterusnya). Misalnya, ada seorang dokter terkadang memulai dengan menganjurkan pasien untuk tidak merokok, padahal mendakwahi pasien untuk menjauhi kesyirikan dan dosa-dosa besar seharusnya didakwahkan terlebih dahulu.

untuk dokter dan mahasiswa kedokteran.. #part 1

oleh: Nada binti 'Abdul 'Aziz Muhammad Al-Yusufy
dari note seorang teman di FB

بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang

Tidak diragukan sesungguhnya orang yang berakal dan melihat (sesuai dengan kedudukan dan kekhususannya) mengetahui bahwa umur itu singkat, hembusan nafas ada habisnya, dan sesungguhnya kematian itu datang dengan tiba-tiba.. Dokter- karena cirinya yang khusus- adalah manusia yang paling banyak hidup dengan pemahaman ini, karena sesungguhnya mereka merasakannya setiap hari, bahkan dalam sehari terkadang lebih dari satu kali mereka menyaksikan tatapan mata kematian jelas di depan pandangan mereka.

Mereka menyaksikan kehadiran tatapan kematian demi tatapan kematian….sebab mereka sehari-hari hidup bersama derita orang sakit saat diambang kematiannya. Karenanya, secara tabiat jika dikaitkan dengan keumuman manusia seharusnya mereka adalah orang paling banyak ma'rifatnya kepada Alloh dan paling banyak rasa takutnya kepada-Nya. Akan tetapi –dengan kesedihan yang mendalam- sungguh sangat sedikit dari mereka di zaman ini yang menaruh kepentingan besarnya sebagai seorang dokter untuk berdakwah kepada agama Alloh.[3]

Rabu, 03 Agustus 2011

Suntikan di Siang Hari Romadhon

Suntikan di siang hari Ramadan ada dua macam:

Suntikan nutrisi (infus), yang bisa menggantikan makanan dan minuman. Suntikan semacam ini membatalkan puasa karena dinilai seperti makan atau minum.
Suntikan selain nutrisi, seperti: suntik obat atau pengambilan sampel darah. Suntikan semacam ini tidak membatalkan dan tidak memengaruhi puasa, baik suntikan ini diberikan di lengan atau di pembuluh. Hanya saja, jika memungkinkan, sebaiknya suntikan ini dilakukan di malam hari, dan itu lebih baik, sebagai bentuk kehati-hatian ketika puasa.
Syekh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang hukum suntikan di pembuluh atau lengan pada siang hari di bulan Ramadan; apakah membatalkan puasa?