حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة
وعمرو الناقد وزهير بن حرب. كلهم عن ابن عيينة. قال زهير: حدثنا سفيان بن عيينة.
حَدَثَنَا الزُّهْرِي عَنْ سَالِمٍ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه
وسلم. قَالَ “لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ.
فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ أَنَاءَ اللَّيْلِ. وَآناَءَ النَّهَارِ. وَرَجُلٌ آتاَهُ
اللهُ مَالاً. فَهُوَ يُنْفِقُهُ آناَءَ اللَّيْلِ وَآناَءَ النَّهَارِ”.
Hadits riwayat
Salim Radhiyallahu’anhu:
Dari
Nabi Shallallahu alaihi wassalam, beliau bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang
dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan
Alquran dan ia membacanya di waktu malam dan di waktu siang dan terhadap orang
yang Allah berikan harta dan ia membelanjakannya untuk kebaikan di waktu malam
dan di waktu siang
(Shahih Muslim No.815-266)
Dan karena itu aku iri padanya…
Orang itu bernama Ibu Juha , seorang nenek berusia 64
tahun memiliki seorang suami, enam anak dan 10 cucu. Seorang ibu sederhana yang
biasa saja. Lalu apa yang membuatku iri padanya?
Biasanya aku hanya membaca dari buku bahwa ada
orang-orang yang telah berusia lanjut tapi masih semangat menghapal Al Qur’an.
Kini, aku bertemu langsung dengan orang yang seperti itu, ya itulah Ibu Juha.
Di usianya yang tidak lagi muda, Ibu Juha sangat semangat menghapal Al Qur’an.
Bagaimana aku tidak iri pada beliau.
Ketika kutanyakan mengapa Bu Juha begitu semangat, apa yang mendorongnya berbuat demikian, Ibu Juha menjawab, “Neng, semua orang diberi Allah kesempatan yang sama untuk mendapat harta, tahta, fisik, dll tapi tidak dengan hidayah dari-Nya. Maka Ibu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lagipula Allah kan tidak menilai hasilnya tapi prosesnya. Semoga dengan begini Allah Ridho sama Ibu, memberikan ampunan dan keberkahan dalam hidup Ibu.”
Ah…Aku iri padanya. Aku malu ya Allah…
Semoga Allah Merahmati, Meridhoi, Memberkahi Ibu Juha